Rabu, 17 November 2021

Al-Quran Baru Semangat Baru

Berbagai cara dilakukan untuk sekadar menyuntik semangat juangku menghafalkan kalam-Mu. Kali ini dengan cara membeli Al-Quran yang lucu dengan bahan kertas bookpaper berwarna kuning yang memiliki bau khas. Kertas bookpaper warna kuning adalah salah satu kertas favoritku, semoga Al-Quran baru ini menjadi salah satu alasanku untuk terus bermesraan dengannya.

Alhamdulillah setoran surat yang cukup panjang itu telah aku lalui, surat Al-Mutaffifin yang cukup menguras otakku. Tibalah giliran surat berikutnya yaitu surat Al-Insyiqaq. Ada waktu untuk menghafal selama 3 hari, dari mulai hari Sabtu sampai Senin. Cukup panjang kesempatan untuk menabung hafalan sebelum kusetorkan pada sang ustadzah. Namun, apalah daya selalu ada alasan yang menggoda diri ini untuk berleha-leha menikmati hidup tanpa menghafalkan kalam-Nya. Masih sibuk dengan urusan dunia hingga lupa untuk berjuang mengejar target hafalan yang telah ku gantungkan pada langit senja itu. Hari Senin itu telah tiba, tepatnya tanggal 25 Oktober 2021 berdebar jantung ini ketika bertemu dengan ustadzah, entah mengapa selalu seperti itu. Ku setoran hafalanku hingga akhir ayat surat Al-Insyiqaq. Alhamdulillah setoran kali ini lancar. Beliau mengingatkanku untuk terus semangat menghafal Al-Qur’an.

Berselang satu hari libur dari setoran hafalan Al-Quran, itu tandanya aku harus muroja’ah dan menambah hafalan baru untuk disetorkan pada hari berikutnya.

Singkat cerita, jadwal setoran hafalanku yaitu Rabu 27 Oktober 2021 surat Al-Buruj, Jum'at 29 Oktober 2021 surat At-Tariq dan Al-A’la. Alhamdulillah semakin hari semakin dipermudah untuk mencerna hafalan, sedikit ada kemajuan dalam penambahan jumlah hafalan. Aku selalu berharap untuk selalu diistiqomahkan dalam kebaikan ini. Semoga yang awalnya sulit hafal dan mudah lupa akan berganti menjadi mudah hafal dan sulit lupa Aamiin.

Senin 01 November 2021 sayang seribu sayang, ketika semangat itu berkobar sang ustadzah tidak bisa membersamai diri ini untuk menyimak setoran hafalan dengan alasan beliau sedang kurang sehat. Ku doakan selalu semoga beliau lekas sembuh seperti sedia kala. Aku pun tak bisa memaksakan kehendak, jadwal setoran dipending terlebih dahulu. Itu tandanya setoran berikutnya harus berlipat ganda.

Tibalah saatnya jadwal setoran tiba kembali yaitu hari Rabu 03 November 2021 Alhamdulillah kali ini setor hafalan surat Al-Gasyiyah, ternyata setoran kali ini tidak bisa dua kali lipat lebih banyak, masih tetap satu surat yang pada hari Senin gagal ku setorkan. Dapat disimpulkan bahwa banyaknya hafalanku tergantung jadwal setoranku. Semakin sering ada jadwal setoran maka semakin banyak jumlah hafalan. Entah mengapa diri ini selalu harus dipaksakan untuk menambah hafalan. Semakin lama jeda waktu untuk setoran hafalan, maka semakin sedikit hafalan yang disetorkan, karena rasa malas itu selalu melenakanku. Akupun menceritakan rasa malasku pada sang ustadzah, Beliau memotivasiku untuk mengubah rasa malas itu menjadi semangat yang membara. Ustadzah berkata : “Seharusnya, semakin banyak waktu jeda untuk menghafal, maka semakin banyak tabungan hafalan yang bisa disetorkan pada jadwal setoran berikutnya. Ayo semangat!”

Akupun mengiyakan dan tersenyum malu. “Insya Allah akan diusahakan Ustadzah, hehe.” pungkasku dengan nada cengengesanku. Maklumlah usia sang ustadzah denganku tidak berjarak begitu jauh, hingga aku masih merasa nyaman untuk menunjukkan sikap cengengesanku.

 

Jum’at 05 November 2021 tibalah kembali jadwal setoran. Kali ini dua surat yang mampu ku setorkan pada sang ustadzah yaitu surat Al-Fajr dan Al-Balad. Dua surat ini memang sebelumnya sudah pernah dihafalkan hingga tidak terlalu menguras tenaga untuk menghafalkannya kembali. Alhamdulillah diberi kelancaran untuk menyetorkan dua surat ini. Kali ini sang ustadzah memberitahuku tentang ilmu tajwid yang ada di dalam surat tersebut, Alhamdulillah sedikit bertambah ilmu tajwidku hingga akupun termotivasi untuk membuka dan mempelajari kembali buku tajwid yang sudah lama ku beli tapi lama pula tak ku sentuh. Rasa semangat ini sedang memuncak untuk terus bermesraan dengan kalam-Nya. Namun, pada puncak semangat ini ada ujian besar menghampiriku. Tamu bulanan itu datang menggodaku untuk berleha agar aku istirahat bermesraan dengan kalam-Nya. Aku berazam untuk terus menambah hafalan dengan cara mendengarkan murotal dari speaker Al-Quran dengan harapan ayat-ayat Al-Qur’an yang aku dengarkan akan terekam kuat dalam memori. Meski sejujurnya diri ini lebih mudah menghafal dengan cara membaca daripada mendengarkan , namun tak ada pilihan lain kali ini, karena tamu agung itu sedang datang. Semoga saja usahaku ini membuahkan hasil yang kuharapkan.

 

Beberapa hari kemudian, Alhamdulillah tamu agung itu telah pulang, akupun bisa melanjutkan hafalan yang tertunda. Alhamdulillah surat-surat berikutnya sudah pernah kuhafalkan sebelumnya pada waktu aku belum memulai setoran pada sang ustadzah, jadi kali ini tinggal muroja’ah saja. Semoga proses muroja’ahnya dimudahkan.

 

Setoran kali ini aku meminta jadwal digeserkan, yang biasanya setoran dilakukan setiap ba’da Ashar, khusus hari ini ingin setoran malam hari yaitu ba’da Isya dengan alasan masih perlu waktu untuk menghafal.

Hingga akhirnya waktu malampun tiba dan aku harus mengumpulkan semangat serta mengatur detak jantungku agar tidak derdetak ekspres. Entah mengapa setiap berhadapan dengan beliau selalu saja jantung ini berdetak lebih kencang dari biasanya, ada rasa malu serta grogi yang selalu membelenggu. Selalu ku panjatkan doa agar dilancarkan dalam melantunkan ayat-ayat-Nya.

 

Subhanallah...Alhamdulillah... tepat hari Jum’at 12 November 2021 Alhamdulillah Allah telah mempermudahku untuk setoran surat As-Syams sampai An-Nas. Bahagia sekaligus haru akhirnya 1 juz telah  ku lalui. Ada pesan sang ustadzah yang selalu harus ku ingat bahwa “Semakin Banyak Hafalan, Semakin Banyak Lupa.” Itu artinya Semakin banyak hafalan maka akan semakin banyak yang terlupakan, oleh karena itu semakin banyak hafalan harus semakin sering muroja’ahnya, karena hafalan tanpa muroja’ah akanlah sia-sia.

Juz 30 telah terlewati, semoga hafalan yang sudah disetorkan tidak akan terbang melayang bersama angin, semoga hafalan ini selalu terpatri dalam sanubari.

Akupun menanyakan pada sang ustadzah untuk setoran berikutnya harus juz berapa. Aku selalu ingin disamakan seperti santriah yang dibimbing oleh Beliau. Karena diri ini ingin merasakan apa yang dirasakan oleh mereka para penghafal Qur’an.

Ustadzah pun mengatakan bahwa aku boleh melanjutkan hafalan ke juz 1 atau juz 29. Tapi Beliau lebih menyarankan untuk menghafalkan juz 29 terlebih dahulu dengan alasan menghafalkan juz 29 akan lebih mudah karena setiap ayatnya masih tergolong pendek-pendek. Namun aku meminta izin untuk menghafalkan surat Yasin terlebih dahulu dengan alasan surat Yasin sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti ziarah kubur, tahlil, yasinan dalam kegiatan beemasyarakat, dll. Takutnya sedang dalam kebetulan tidak membawa Al-Qur’an jika sudah hafal surat Yasin maka masih tetap bisa mengikuti membaca surat Yasin tanpa melihat Al-Qur’an. Alhamdulillah alasanku diterima sang Ustadzah meskipun beliau sepertinya sedikit meragukan keseriusanku untuk menghafalkan surat Yasin terlebih dahulu.

 

Senin, 15 November 2021. Tibalah saatnya setoran surat Yasin.

“Benar mau surat Yasin saja?” tanya sang Ustadzah memastikan.

“Iya Ustadzah, kalau sudah hafal surat Yasin, baru nanti menghafal juz 29.”

“Baiklah kalau begitu, silakan dimulai.” Dengan senyum manisnya yang begitu menawan.

Akupun memulai melantunkan surat Yasin dari ayat 1 sampai 12 dengan begitu lancar, mungkin karena sudah sering dibaca jadi sedikit lebih mudah menempel pada memoriku. Berbeda halnya dengan ayat 13 sampai seterusnya masih belum terlalu nempel pada memoriku hingga membuatku harus terus mengulangnya. Padahal sudah coba kuhafalkan dan sudah lumayan lancar pada saat belum berhadapan dengan sang Ustadzah. Rasa grogi membuat hafalanku hancur lebur berantakan tak tentu arah hingga tak mampu ku satukan kembali puing-puingnya yang akhirnya membuatku menyerah cukup sampai ayat 12 saja setoranku hari ini. Akan ku ulang setoranku pada jadwal setoran hari berikutnya.

 

Berhari-hari ku amati, sepertinya jadwal setoran 2 hari sekali dan ba’da ashar sedikit kurang efektif. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk meminta perubahan jadwal setoran serta meminta tambahan jadwal setoran menjadi setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu karena khusus hari itu ingin aku khususkan untuk muroja’ah dan mengistirahatkan memori ini. Serta ingin jadwal setorannya diubah menjadi ba’da isya agar terasa lebih santai tanpa terganggu konsentrasi karena belum mandiin anak, belum masak, dll. Biasalah ibu-ibu sore hari banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan hingga membuat fokus terpecah. Setidaknya kalau ba’da isya sudah beres pekerjaan rumah karena menuju malam hari adalah waktu untuk mengistirahatkan raga dan jiwa. Adapun alasan ingin tambah jadwal setoran karena aku merasa diberi selang satu hari untuk menghafal, tidak bisa aku manfaatkan sebaik-baiknya. Nyatanya libur setoran maka libur menghafal, jadi ku pikir lebih baik setiap hari setoran agar setiap hari pula aku menghafal. Sayang  seribu sayang, permintaanku tidak bisa sepenuhnya direalisasikan karena sang Ustadzah harus membagi waktunya untuk menerima setoran hafalan dari yang lainnya. Namun, untuk perubahan setoran bisa menjadi malam hari yaitu ba’da Isya setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Hal itu tidak menyurutkan semangatku untuk terus berjuang.

 

Hari ini yaitu hari Rabu, 17 November 2021 aku hanya mampu menyetorkan ayat-ayat yang sebelumnya sudah ku setorkan namun tidak lancar yaitu surat Yasin ayat 13 sampai 27. Jujur  saja kemarin aku libur menghafal, entahlah angin malas itu berhembus membelaiku hingga membuat semangatku padam. Aku hanya menghafal dengan sungguh-sungguh dari pagi hari, karena ada rasa malu pada sang Ustadzah jika hafalan tidak bertambah maka sekuat tenaga aku mencoba terus-menerus untuk menghafal minimal dapat melancarkan satu halaman yaitu surat Yasin  ayat 13 sampai 27. Memang rasa malu terhadap manusia masih lebih besar daripada rasa malu terhadap Sang Pencipta, tapi aku masih tetap bersyukur karena rasa malu itu masih menjadi motivasi untuk terus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Semoga suatu saat nanti malu terhadap Sang Pencipta lebih besar daripada malu terhadap manusia yang sebatas makhluk ciptaan-Nya.

Tak terasa tulisan diary kali ini telah menghabiskan waktu sekitar 3 jam, pantas saja mata ini sudah berat untuk terbuka, ternyata jam menunjukkan pukul 23.21 WIB. Tunggu cerita berikutnya ya sahabat 😊

Doakan selalu agar diri ini terus istiqomah menjadi pribadi  yang lebih baik dari hari ke hari 😊🤲

 

_17 November 2021_

#susantimopeneur #semangat hafidzah #30juz #diaryotw30juz

 

Jumat, 22 Oktober 2021

Menghafal Al-Quran Tak Seperti Hitungan Matematika

Assalamu'alaikum... 

Maaf nih baru melanjutkan cerita setoran hafalanku 😊 

Maklumlah emak-emak dengan segudang kesibukan kadang malas untuk menulis 😊 

Yuu...kita lanjut ceritanya😊 


Pending jadwal setoran menghafal membuatku terlena untuk berleha-leha tanpa sibuk menghafal kalam-Mu. Seharusnya setoran hafalan berikutnya lebih banyak, namun nyatanya tidak seperti hitungan matematika. Tetap saja setoran jangka 2 hari sekali atau 4 hari sekali itu sama saja, karena pada kenyataannya bukan seberapa lama kesempatan kita untuk menghafal yang mempengaruhi jumlah hafalan kita, tapi seberapa kuat tekad kita untuk berjuang menghafal kalam-Nya. 

Setoran hafalan pertamaku pada tanggal 13 Oktober 2021, sedangkan setoran hafalan keduaku tanggal 18 Oktober 2021. Ku kira waktu selama itu akan banyak hafalan yang aku lantunkan pada sang ustadzah, nyatanya tidak seperti yang aku bayangkan. Ternyata semakin lama jarak menghafal terhadap jadwal setoran maka semakin banyak alasan untuk malas menghafal. Ah diriku ini memang harus banyak beristigfar. Astagfirullah... 

Dalam rentang waktu 4 hari itu aku hanya mampu menghafal 2 surat saja yaitu At-Takwir dan Al-Infitar. Entahlah otak ini yang tak mampu ekspres menghafal ataukah karena rasa malas yang selalu menghantui. Tapi menurutku rasa malaslah pemenangnya, dia hinggap menggerogoti jiwaku. 

Setoran hafalan selanjutnya yaitu tanggal 20 Oktober 2021. Aku menyetorkan hafalanku hanya 30 ayat surat Al-Mutaffifin, masih ada 6 ayat lagi yang tertinggal. Sudah kuhafalkan namun saat aku setorkan hafalan itu terbang melayang bersama hembusan angin sore itu. Akhirnya untuk setoran berikutnya aku harus mengulang surat Al-Mutaffifin dari ayat 1 hingga selesai ayat 36.

Tibalah saatnya setoran kembali tanggal 22 Oktober 2021. Hari ini aku hanya mampu menambah hafalan 6 ayat saja yaitu menggenapkan hafalan surat Al-Mutaffifin. Moodku sedang tidak bagus hingga membuat pikiranku tak karuan untuk menghafal. Sempat ingin menyerah untuk minta libur setoran hari ini, namun setelah kupikir ulang hal itu akan memperburuk semangatku. Maka ku urungkan niat itu, ku azzamkan dalam jiwa seberapapun hafalanku jika sudah waktunya aku setorkan, maka jangan ditunda, maju terus tanpa berniat untuk berleha sejenak. 

Dari hari ke hari aku selalu sibuk mencari motivasi untuk diri ini agar selalu semangat menghafal Al-Quran. Mulai dari nonton youtube tentang keutamaan menghafal Al-Quran, membeli speaker Quran agar bisa selalu mendengarkan lantunan ayat Al-Qur'an, serta membeli Al-Quran baru. Semoga usahaku itu bisa menjadi pondasi yang kuat untuk mencapai sebuah rumah Quran pada jiwaku. 

_Susanti Mopeneur_ 

22/10/21

#semangatmenghafal 
#30juz #susantimopeneur #semangathafizah

Sabtu, 16 Oktober 2021

Setoran Hafalan Pertemuan Kedua Dipending


Persiapan setoran hafalan hari kedua sungguh banyak godaan. Sudah niat mau fokus malah digangguin anak, malah kebayang setrikaan yang numpuk, cucian yang numpuk, dan ditambah rasa kantuk yang terus mengelus-ngelus mataku. 

Setoran hafalanku dapat jadwal 2 hari 1 kali oleh ustadzah. Sebenarnya ada waktu 2 hari untuk menghafal sebelum aku setorkan hafalan itu. Tapi bukannya benar-benar dimanfaatkan, yang ada malah berleha-leha karena menganggap masih banyak waktu untuk menghafal alias dinanti-nanti menghafalnya. Gx tahu kenapa perasaan selalu sibuk saja dengan urusan dunia. Hmmm bingung juga diriku ini gimana cara manage waktu yang benar. 

Sekarang baru hafal 2 surat yaitu At-Takwir dan Al-Infitar. Tapi belum begitu lancar masih terkadang ada yang melayang bersama angin. Mudah-mudahan nanti lancar saat setoran. Hari ini menghafalnya tidak bisa terlalu fokus karena hari ini aku ada jadwal berangkat ke Polres untuk memperpanjang SIM C aku yang akan berakhir hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2021 tepat di hari ulang tahunku yang ke 27 tahun. 

Setelah proses perpanjangan SIM selesai akupun pulang ke rumah dan mencoba murojaah hafalan yang akan aku setorkan bada Ashar. Sembari selonjoran aku mengistirahatkan otak yang sudah ngebul ini dengan mengelus-ngelus hp sambil ngintip-ngintip status WA orang lain. Ternyata ada status WA ustadzah muncul di barisan paling atas hingga akhirnya ku baca status beliau. Beliau menulis status sedang kurang sehat, dan akhirnya aku chat ustadzah untuk memastikan apakah bisa menerima setoran atau tidak. Sayangnya ustadzah tidak bisa menerima setoran karena sedang kurang enak badan. Aku doakan beliau semoga lekas sembuh. 

Ada rasa plong di dada karena tidak akan setoran, tapi sayang juga karena sudah menghafal tapi tidak setoran. Akupun berazam agar setoran berikutnya bisa lebih banyak surat yang aku hafalkan. Tapi pada kenyataannya gara-gara tidak setoran hari ini, eh hari berikutnya malah malas menghafal. Hmmm dasar si aku ini kembang-kempis terus semangatnya. Ya Allah mudahkan🤲 

Hati dan jiwa ini sepertinya masih sering tergoda bisikan setan yang selalu membuatku terlena dengan aktivitas dunia. Sungguh beruntung bagi teman-teman yang dipesantrenkan oleh orang tua. Semangat terus kawan sebelum menyesal seperti aku yang tidak mengambil sekolah berbasis pesantren. 


_Susanti Mopeneur_  

16/10/2021 

#susantimopener #semangathafizah

Rabu, 13 Oktober 2021

Apa itu Hijrah?


Hijrah? Ketika mendengar kata hijrah apa yang terbesit dalam pikiran sahabat? 

Hijrah merupakan perubahan suatu hal (perilaku/sifat) ke arah yang lebih baik. 😊 

Yang akan saya bahas adalah hijrah dalam bentuk perilaku kita sebagai insan ciptaan-Nya 😊 

Sahabat... Sudahkah merasa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari berikutnya? 

Coba ingat-ingat apa yang sahabat lakukan hari kemarin dan hari ini! 

Sudahkah hari ini lebih baik dari hari kemarin? Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin maka bersyukurlah😊, namun jika sebaliknya maka bertaubatlah 😊 

Bukankah hidup kita di dunia hanyalah sementara? Ada kehidupan kekal setelah kehidupan di dunia ini yaitu kehidupan akhirat yang selalu menanti dan selalu mendekat untuk menjemput semua insan yang hidup di dunia ini.  
Tentunya kita sebagai insan yang beriman terhadap kehidupan akhirat, maka sudah seharusnya kita berhijrah. 

Jika saat ini masih malas-malasan sholat, hijrahlah! 
Hijrah dengan cara tunaikan sholat minimal sholat wajib yang 5 waktu tak terabaikan, syukur kalau ditambah dengan sholat sunahnya. Karena sholat wajib adalah makanan pokok jiwa setiap insan, sedangkan sholat sunah adalah vitaminnya. 

Jika saat ini masih malas membaca Al-Quran, maka hijrahlah! 
Hijrah dengan cara dekati kalamnya, insya Allah jiwa akan lebih tenang bercengkrama dengan kalam-Nya yang bisa menjadi syafaat di yaumil akhir kelak.

Jika saat ini masih ada dendam terhadap orang yang melukai hatimu, maka hijrahlah! 
Hijrah dengan cara memaafkannya, karena dendam bukanlah hal yang harus dipelihara seperti binatang peliharaan. Memaafkan akan lebih menentramkan jiwamu, akan lebih membuat dirimu bahagia. 

Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku kita sebagai manusia yang harus terus diperbaharui ke arah yang lebih baik setiap harinya.

Jangan lelah untuk berhijrah demi menggapai ridho-Nya 😊 

by _Susanti Mopeneur_ 

Edisi belajar menulis 😊🙏 
Tunggu tulisan berikutnya ya 😊 

#susantimopeneur #hijrah #belajarmenulis

Setoran Hafalan Pertemuan Pertama


Hari ini aku mau bercerita nih😊 

Mudah-mudah kisahku ini bisa menjadi motivasi untuk sahabat pembaca agar menata hidup menjadi selalu lebih baik dari hari ke hari berikutnya😊🤲 

Hari ini adalah hari yang mendebarkan dalam hidupku, kenapa coba???😳 

Karena hari ini adalah hari pertama aku akan memulai setoran hafalan Al-Quran. 

Kalau dilihat dari usiaku saat ini mungkin banyak orang yang bilang "Ah, sudah telat menghafal Al-Quran" tapi bagiku tidak ada kata telat untuk mencari ilmu, karena ilmu harus kita kejar hingga akhir hayat.

Dulu sudah pernah menghafal dan sudah hafal 1 juz, tapi sebagian besar musnah melayang entah kemana, sepertinya telah lenyap bersama pilunya hati yang tergores oleh celurit yang begitu tajam atau mungkin telah berbaur dengan dendam yang tak kunjung padam.

Sudahlah mungkin semuanya harus ku kubur dalam-dalam dan mulai saat ini akan ku buka lembaran baru dalam hidup ini.

Bismillah diusiaku saat ini yaitu 27 tahun, sudah bukan anak sekolah lagi, bahkan aku sudah mempunyai 1 anak yang sudah berusia 3 tahun. Namun hal itu tak menyurutkan semangatku untuk terus menambah ilmu terutama ilmu Al-Quran. 

Ada cita-cita besar yang entah itu akan bisa digapai atau tidak. Tapi setidaknya mimpi itu selalu terbayang dalam jiwa. 

Hafizah ya aku ingin meraihnya, ingin sekali hafal Al-Quran 30 juz, meski selalu banyak godaan yang menghalauku semoga saja aku bisa selalu istiqomah🤲 

Doakan aku ya sahabat, semoga Allah Ridha dengan mimpiku ini🤲 

Jreng...jreng...lanjut ya ceritanya 😊⬇️ 

Adzan ashar berkumandang, aku bergegas menghadap-Nya. Bukan semata menunaikan kewajiban dari sang pencipta, namun mengetuk ridha-Nya. Hingga akhirnya kewajiban tertunaikan dan langsung bersiap untuk memulai hidup baru dengan bermesraan bersama kalam-Nya.  

Tepat pukul 15.30 itu artinya aku harus bergegas mengetuk pintu rumah ustadzah. Dag dig dug der perasaanku tak karuan, bolak-balik tak tentu arah, bahkan buka pintupun bergetar serasa tak kuat kubuka tuas kunci pintu itu. Terlihat lebay memang tapi ya begitulah nyatanya. 

Kucoba beranikan diri menemui ustadzah yang usianya tak terlalu jauh denganku. Malu memang ku menghadapnya, namun mau sampai kapan jika malu itu terus dipelihara. Dengan gaya pecicilanku akhirnya aku mulai melafalkan setoran hafalanku. 

Dimulai dari surat An-Naba, ngos-ngosan benar setoran surat pertama itu, rasa malu ditambah grogi bercampur aduk hingga membuat ayat-ayat itu melayang tak karuan. Syukurnya dengan senyuman sang ustadzah yang penuh keikhlasan, rasa grogiku sedikit lenyap. Beliau membenarkan kalimat ayat-ayat yang salah beserta pelafalan berdasarkan ilmu tajwidnya, alhamdulillah ilmu tajwidku sedikit bertambah. Maklum aku hanya belajar tajwid otodidak jadi ya begini, masih sangat kurang ilmunya. 

Sang ustadzah itu bertanya padaku "Mau berapa surat setorannya?" Akupun menjawab dengan gaya pecicilanku, bahwa aku ingin setoran sampai surat apa saja semampuku, karena kadang yang sudah hafalpun tiba-tiba lenyap tanpa permisi. 

Akupun melanjutkan setoran surat An-Nazi'at, 'Abasa, dan At-Takwir. Alhamdulillah cukup lancar setoranku meskipun ada sedikit-sedikit yang lupa. Tapi....di surat At-Takwir banyak lupanya hingga aku menyerah untuk berhenti di pertengahan ayat dan izin untuk setoran ulang pada pertemuan berikutnya. Maklum waktu menghafal surat At-Takwir itu sepertinya hanya terbawa mimpi saja. Entahlah setiap kali aku berniat untuk menghafal, angin surga itu selalu menghampiriku hingga membuatku terkulai lemas menikmatinya. 

Selesai setoran hari pertama ini, kami pun bercengkrama membahas ini dan itu. Maklumlah ibu-ibu kalau sudah merasa klop ceritanya jadi kemana-mana. Alhamdulillah terima kasih untuk hari ini ustadzah😊🙏 doakan selalu agar diri ini selalu istiqomah menggenggam erat kalam-Nya dalam genggaman jiwa dan raga. 

13/11/2021 

by _Susanti Mopeneur_

#susantimopeneur
#semangathafizah 
#setoranhafalanharipertama

Rabu, 14 Desember 2016

Bukan Sekadar Kata, tapi Bukti Nyata

Banyak sekali kata-kata yang terlontar dari bibir seseorang, namun apakah kata-kata dapat membuktikan bahwa orang itu mempunyai kualitas yang tinggi?
Menurut saya TIDAK. Banyak orang yang pandai berkata-kata namun tak berkualitas, banyak orang yang berkata-kata namun tanpa bukti. Banyak orang yang berkata-kata hanya untuk menjatuhkan orang lain. Banyak kata yang hanya dijadikan sebagai kata yang tak bernilai. 
Sudahlah, tak usah terlalu peduli dengan kata-kata orang lain yang hanya membuatmu down. Tapi jadikan kata-kata mereka sebaga cambuk yang akan membuatmu bangkit dan mampu berkata-kata dengan bukan sekadar kata namun bukti nyata.

Jumat, 25 November 2016

CONTOH BAHAN AJAR (TUGAS KULIAH)

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan bahan ajar ini dengan judul “Menulis Teks Hasil Observasi”. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan pada Nabi pembawa revolusi islam yakni Nabi Muhamad SAW.

Bahan ajar ini dibuat untuk menyelesaikan salah satu tugas dari Bapak Ending Jahrudin, Drs., M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar.