Berbagai cara dilakukan untuk sekadar menyuntik semangat
juangku menghafalkan kalam-Mu. Kali ini dengan cara membeli Al-Quran yang lucu dengan
bahan kertas bookpaper berwarna kuning yang memiliki bau khas. Kertas bookpaper
warna kuning adalah salah satu kertas favoritku, semoga Al-Quran baru ini menjadi
salah satu alasanku untuk terus bermesraan dengannya.
Alhamdulillah setoran surat yang cukup panjang itu telah
aku lalui, surat Al-Mutaffifin yang cukup menguras otakku. Tibalah giliran surat
berikutnya yaitu surat Al-Insyiqaq. Ada waktu untuk menghafal selama 3 hari, dari
mulai hari Sabtu sampai Senin. Cukup panjang kesempatan untuk menabung hafalan sebelum
kusetorkan pada sang ustadzah. Namun, apalah daya selalu ada alasan yang menggoda
diri ini untuk berleha-leha menikmati hidup tanpa menghafalkan kalam-Nya. Masih
sibuk dengan urusan dunia hingga lupa untuk berjuang mengejar target hafalan yang
telah ku gantungkan pada langit senja itu. Hari Senin itu telah tiba, tepatnya tanggal
25 Oktober 2021 berdebar jantung ini ketika bertemu dengan ustadzah, entah mengapa
selalu seperti itu. Ku setoran hafalanku hingga akhir ayat surat Al-Insyiqaq. Alhamdulillah
setoran kali ini lancar. Beliau mengingatkanku untuk terus semangat menghafal Al-Qur’an.
Berselang satu hari libur dari setoran hafalan Al-Quran,
itu tandanya aku harus muroja’ah dan menambah hafalan baru untuk disetorkan pada
hari berikutnya.
Singkat cerita, jadwal setoran hafalanku yaitu Rabu 27
Oktober 2021 surat Al-Buruj, Jum'at 29 Oktober 2021 surat At-Tariq dan Al-A’la.
Alhamdulillah semakin hari semakin dipermudah untuk mencerna hafalan, sedikit ada
kemajuan dalam penambahan jumlah hafalan. Aku selalu berharap untuk selalu diistiqomahkan
dalam kebaikan ini. Semoga yang awalnya sulit hafal dan mudah lupa akan berganti
menjadi mudah hafal dan sulit lupa Aamiin.
Senin 01 November 2021 sayang seribu sayang, ketika semangat
itu berkobar sang ustadzah tidak bisa membersamai diri ini untuk menyimak setoran
hafalan dengan alasan beliau sedang kurang sehat. Ku doakan selalu semoga beliau
lekas sembuh seperti sedia kala. Aku pun tak bisa memaksakan kehendak, jadwal setoran
dipending terlebih dahulu. Itu tandanya setoran berikutnya harus berlipat ganda.
Tibalah saatnya jadwal setoran tiba kembali yaitu hari
Rabu 03 November 2021 Alhamdulillah kali ini setor hafalan surat Al-Gasyiyah, ternyata
setoran kali ini tidak bisa dua kali lipat lebih banyak, masih tetap satu surat
yang pada hari Senin gagal ku setorkan. Dapat disimpulkan bahwa banyaknya hafalanku
tergantung jadwal setoranku. Semakin sering ada jadwal setoran maka semakin banyak
jumlah hafalan. Entah mengapa diri ini selalu harus dipaksakan untuk menambah hafalan.
Semakin lama jeda waktu untuk setoran hafalan, maka semakin sedikit hafalan yang
disetorkan, karena rasa malas itu selalu melenakanku. Akupun menceritakan rasa malasku
pada sang ustadzah, Beliau memotivasiku untuk mengubah rasa malas itu menjadi semangat
yang membara. Ustadzah berkata : “Seharusnya, semakin banyak waktu jeda untuk menghafal,
maka semakin banyak tabungan hafalan yang bisa disetorkan pada jadwal setoran berikutnya.
Ayo semangat!”
Akupun mengiyakan dan tersenyum malu. “Insya Allah akan
diusahakan Ustadzah, hehe.” pungkasku dengan nada cengengesanku. Maklumlah usia
sang ustadzah denganku tidak berjarak begitu jauh, hingga aku masih merasa nyaman
untuk menunjukkan sikap cengengesanku.
Jum’at 05 November 2021 tibalah kembali jadwal setoran.
Kali ini dua surat yang mampu ku setorkan pada sang ustadzah yaitu surat Al-Fajr
dan Al-Balad. Dua surat ini memang sebelumnya sudah pernah dihafalkan hingga tidak
terlalu menguras tenaga untuk menghafalkannya kembali. Alhamdulillah diberi kelancaran
untuk menyetorkan dua surat ini. Kali ini sang ustadzah memberitahuku tentang ilmu
tajwid yang ada di dalam surat tersebut, Alhamdulillah sedikit bertambah ilmu tajwidku
hingga akupun termotivasi untuk membuka dan mempelajari kembali buku tajwid yang
sudah lama ku beli tapi lama pula tak ku sentuh. Rasa semangat ini sedang memuncak
untuk terus bermesraan dengan kalam-Nya. Namun, pada puncak semangat ini ada ujian
besar menghampiriku. Tamu bulanan itu datang menggodaku untuk berleha agar aku istirahat
bermesraan dengan kalam-Nya. Aku berazam untuk terus menambah hafalan dengan cara
mendengarkan murotal dari speaker Al-Quran dengan harapan ayat-ayat Al-Qur’an yang
aku dengarkan akan terekam kuat dalam memori. Meski sejujurnya diri ini lebih mudah
menghafal dengan cara membaca daripada mendengarkan , namun tak ada pilihan lain
kali ini, karena tamu agung itu sedang datang. Semoga saja usahaku ini membuahkan
hasil yang kuharapkan.
Beberapa hari kemudian, Alhamdulillah tamu agung itu telah
pulang, akupun bisa melanjutkan hafalan yang tertunda. Alhamdulillah surat-surat
berikutnya sudah pernah kuhafalkan sebelumnya pada waktu aku belum memulai setoran
pada sang ustadzah, jadi kali ini tinggal muroja’ah saja. Semoga proses muroja’ahnya
dimudahkan.
Setoran kali ini aku meminta jadwal digeserkan, yang biasanya
setoran dilakukan setiap ba’da Ashar, khusus hari ini ingin setoran malam hari
yaitu ba’da Isya dengan alasan masih perlu waktu untuk menghafal.
Hingga akhirnya waktu malampun tiba dan aku harus mengumpulkan
semangat serta mengatur detak jantungku agar tidak derdetak ekspres. Entah mengapa
setiap berhadapan dengan beliau selalu saja jantung ini berdetak lebih kencang dari
biasanya, ada rasa malu serta grogi yang selalu membelenggu. Selalu ku panjatkan
doa agar dilancarkan dalam melantunkan ayat-ayat-Nya.
Subhanallah...Alhamdulillah... tepat hari Jum’at 12 November
2021 Alhamdulillah Allah telah mempermudahku untuk setoran surat As-Syams
sampai An-Nas. Bahagia sekaligus haru akhirnya 1 juz telah ku lalui. Ada pesan sang ustadzah yang selalu harus
ku ingat bahwa “Semakin Banyak Hafalan, Semakin Banyak Lupa.” Itu artinya Semakin
banyak hafalan maka akan semakin banyak yang terlupakan, oleh karena itu semakin
banyak hafalan harus semakin sering muroja’ahnya, karena hafalan tanpa muroja’ah
akanlah sia-sia.
Juz 30 telah terlewati, semoga hafalan yang sudah
disetorkan tidak akan terbang melayang bersama angin, semoga hafalan ini selalu
terpatri dalam sanubari.
Akupun menanyakan pada sang ustadzah untuk setoran berikutnya
harus juz berapa. Aku selalu ingin disamakan seperti santriah yang dibimbing oleh
Beliau. Karena diri ini ingin merasakan apa yang dirasakan oleh mereka para penghafal
Qur’an.
Ustadzah pun mengatakan bahwa aku boleh melanjutkan hafalan
ke juz 1 atau juz 29. Tapi Beliau lebih menyarankan untuk menghafalkan juz 29 terlebih
dahulu dengan alasan menghafalkan juz 29 akan lebih mudah karena setiap ayatnya
masih tergolong pendek-pendek. Namun aku meminta izin untuk menghafalkan surat Yasin
terlebih dahulu dengan alasan surat Yasin sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti ziarah kubur, tahlil, yasinan dalam kegiatan beemasyarakat, dll. Takutnya
sedang dalam kebetulan tidak membawa Al-Qur’an jika sudah hafal surat Yasin maka
masih tetap bisa mengikuti membaca surat Yasin tanpa melihat Al-Qur’an. Alhamdulillah
alasanku diterima sang Ustadzah meskipun beliau sepertinya sedikit meragukan keseriusanku
untuk menghafalkan surat Yasin terlebih dahulu.
Senin, 15 November 2021. Tibalah saatnya setoran surat
Yasin.
“Benar mau surat Yasin saja?” tanya sang Ustadzah memastikan.
“Iya Ustadzah, kalau sudah hafal surat Yasin, baru nanti
menghafal juz 29.”
“Baiklah kalau begitu, silakan dimulai.” Dengan senyum
manisnya yang begitu menawan.
Akupun memulai melantunkan surat Yasin dari ayat 1 sampai
12 dengan begitu lancar, mungkin karena sudah sering dibaca jadi sedikit lebih mudah
menempel pada memoriku. Berbeda halnya dengan ayat 13 sampai seterusnya masih belum
terlalu nempel pada memoriku hingga membuatku harus terus mengulangnya. Padahal
sudah coba kuhafalkan dan sudah lumayan lancar pada saat belum berhadapan dengan
sang Ustadzah. Rasa grogi membuat hafalanku hancur lebur berantakan tak tentu arah
hingga tak mampu ku satukan kembali puing-puingnya yang akhirnya membuatku menyerah
cukup sampai ayat 12 saja setoranku hari ini. Akan ku ulang setoranku pada jadwal
setoran hari berikutnya.
Berhari-hari ku amati, sepertinya jadwal setoran 2 hari
sekali dan ba’da ashar sedikit kurang efektif. Akhirnya aku pun memberanikan diri
untuk meminta perubahan jadwal setoran serta meminta tambahan jadwal setoran menjadi
setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu karena khusus hari itu ingin aku khususkan
untuk muroja’ah dan mengistirahatkan memori ini. Serta ingin jadwal setorannya diubah
menjadi ba’da isya agar terasa lebih santai tanpa terganggu konsentrasi karena belum
mandiin anak, belum masak, dll. Biasalah ibu-ibu sore hari banyak pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan hingga membuat fokus terpecah. Setidaknya kalau ba’da isya
sudah beres pekerjaan rumah karena menuju malam hari adalah waktu untuk mengistirahatkan
raga dan jiwa. Adapun alasan ingin tambah jadwal setoran karena aku merasa diberi
selang satu hari untuk menghafal, tidak bisa aku manfaatkan sebaik-baiknya. Nyatanya
libur setoran maka libur menghafal, jadi ku pikir lebih baik setiap hari setoran
agar setiap hari pula aku menghafal. Sayang seribu sayang, permintaanku tidak bisa sepenuhnya
direalisasikan karena sang Ustadzah harus membagi waktunya untuk menerima setoran
hafalan dari yang lainnya. Namun, untuk perubahan setoran bisa menjadi malam hari
yaitu ba’da Isya setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Hal itu tidak menyurutkan
semangatku untuk terus berjuang.
Hari ini yaitu hari Rabu, 17 November 2021 aku hanya mampu
menyetorkan ayat-ayat yang sebelumnya sudah ku setorkan namun tidak lancar yaitu
surat Yasin ayat 13 sampai 27. Jujur saja
kemarin aku libur menghafal, entahlah angin malas itu berhembus membelaiku hingga
membuat semangatku padam. Aku hanya menghafal dengan sungguh-sungguh dari pagi hari,
karena ada rasa malu pada sang Ustadzah jika hafalan tidak bertambah maka sekuat
tenaga aku mencoba terus-menerus untuk menghafal minimal dapat melancarkan satu
halaman yaitu surat Yasin ayat 13 sampai
27. Memang rasa malu terhadap manusia masih lebih besar daripada rasa malu terhadap
Sang Pencipta, tapi aku masih tetap bersyukur karena rasa malu itu masih menjadi
motivasi untuk terus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Semoga suatu
saat nanti malu terhadap Sang Pencipta lebih besar daripada malu terhadap manusia
yang sebatas makhluk ciptaan-Nya.
Tak terasa tulisan diary kali ini telah menghabiskan waktu
sekitar 3 jam, pantas saja mata ini sudah berat untuk terbuka, ternyata jam menunjukkan
pukul 23.21 WIB. Tunggu cerita berikutnya ya sahabat 😊
Doakan selalu agar diri ini terus istiqomah menjadi pribadi
yang lebih baik dari hari ke hari 😊🤲
_17 November 2021_
#susantimopeneur #semangat hafidzah #30juz #diaryotw30juz